KAWALIAN DI TATAR SUNDA

Buat Muslim

أسلم تسلم

Buat Non Muslim

السلام على من اتبع الهدى

Senin, 29 Februari 2016

AYA NAON DI CIANJUR

GUNUNG PADANG

SITUS PASIR KORED

TEMPAT PACUAN KUDA ZAMAN BELANDA





BAITUL ARQOM



ADL-DLUYUF

KOMENTARMU, USULMU, SARANMU, LINK-MU

MAKAM MAHMUD CIGONDEWAH

GERBANG MENUJU MAKAM MAHMUD
CIGONDEWAH BANDUNG
سومبر : ههنا

Riwayat Maqom Mahmud

Maqom Mahmud terletak di suatu lokasi yang disebut Kampung Mahmud, Kecamatan Mekar Rahayu, Kabupaten Bandung (Bandung Selatan).
Terletak di pinggir sungai Citarum tidak jauh dari komplek perumahan Margahayu Permai ke arah selatan, dapat dicapai oleh kendaraan sekitar 10 menit. Malahan kini bisa dicapai dari Kota Bandung dengan angkutan kota sampai Pasar Mahmud.
Di kampung inilah terdapat suatu kawasan pemakaman salah seorang leluhur spiritual di Tatar Sunda yang bernama Raden Haji Abdulmanap. Sedangkan oleh para turunannya beliau disebut dengan gelar “Dalem Mahmud” dan oleh masyarakat sekitar dijuluki “Eyang Dalem” atau “Eyang Mahmud”.

Latar Belakang Nama Mahmud.

Tokoh R.H. Abdulmanap atau “Mahmud” (diperkirakan 1645 – 1725 M) tidak dapat dipisahkan dari penguasa pemegang kekuasaan saat itu, yaitu sebagai pimpinan pemerintah daerah yang sekarang disebut Mahmud.
Konon diriwayatkan oleh R.H. Mangkurat Natapradja (Lurah Desa Babakan Ciparay tahun 1915-1950 keturunan Generasi ke 9 Dalem Mahmud) bahwa Bupati saat itu yaitu Dalem Dipati Agung Suriadinata, mempunyai seorang Putra yang bernama Dalem Nayadireja. Dalem Nayadreja mempunyai seorang Putra yang kemudian diberi nama R.H. Abdulmanap atau “Dalem Mahmud”.
Kami belum berhasil mendapatkan keterangan dan data yang kongkrit tentang tepatnya waktu beliau dilahirkan. Tetapi menurut “perkiraan dan perhitungan” atas dasar cerita, kisah, riwayat keluarga, catatan sejarah lainnya bisa diperkirakan bahwa beliau dilahirkan sekitar tahun 1650 M.
Pada suatu ketika beliau pergi berziarah ke Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima, beribadah haji. Konon menurut riwayat yang diterima dari R. Endih Natapradja ketika beliau berada di depah Ka’bah, beliau bertafakur dan munajat kepada Allah s.w.t. dan atas ridha Allah beliau telah mendapatkan “wangsit” yang berbunyi demkan:

“Kamu hurus mengambil segenggam tanah dari pelataran Ka’bah ini untuk di bawa pulang ke tanah air. Setibanya di kampung halamanmu tanah itu harus ditebarkan di pelataran rumah kemudian namailah kampungmu itu dengan nama “Mahmud”.
“Kemudian kampung Mahmud itu harus dijadikan kawasan “haraam” (tanah suci) yaitu tidak boleh dikunjungi dan diinjak oleh seseorang yang tidak beragama Islam”

“Selanjutnya tandailah dengan sebuah Tugu yang menjadi tanda bahwa tanah itu adalah tanah haraam”.

Demikianlah kurang-lebih “wangsit” yang diterima oleh “dalem Mahmud” ketika itu yang kemudian semuanya itu dilaksanakan oleh beliau sepulangnya dari Mekkah.

Sepulangnya dari Mekkah dan setelah menjadi haji, maka nama beliau diganti menjadi Haji Abdulmanap.

Mahmud sebagai Pusat Pelajaran Spiritual Islam

Setelah kampung itu diberi nama Mahmud, tempat ini berkembang menjadi salah satu Pusat Pelajaran Sipritual Islam terkenal di Tatar Sunda dan sekaligus menjadi sebuah tempat perlindungan (persembunyian) dan pengayoman bagi mereka dengan alasan apapun mencari suatu perlindungan
Ada suatu kisah yang diriwayatkan oleh R. Endih Natapradja dan pernah ditulis oleh R. Suandi Natapradja demikian:
Konon pada suatu ketika Eyang Dalem Mahmud kedatangan seorang pria setengah baya yang mengaku berasal dari kawasan Priangan Timur dan bernama Zainal Arief .
Ia memaparkan bahwa sebenarnya ia sedang melarikan diri dari daerah asalnya karena dituduh membahayakan keamanan negara oleh penguasa saat ini (Penjajah Kolonial Belanda). Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan atas petunjuk berbagai pihak, sampailah ia ke kawasan Mahmud dan menemui Eyang Dalem Mahmud. Setelah menjelaskan keadaan dirinya kemudian ia meminta perlindungan dari Eyang Dalem. Dengan sendirinya Eyang Dalem menerimanya dan sekaligus diterima menjadi murid dan pengikutnya.
Setelah beberapa waktu ia mengikuti pelajaran dan bimbingan dari Eyang Dalem ternyata bahwa pemuda yang bernama Zainal Arif itu merupakan seseorang yang pandai, cerdas dan cekatan dalam mempelajari pelajaran tersebut. Di samping kecerdasan dan kesetiannya kepada Eyang Dalem, akhirnya ia dijadikan murid pertamanya.
Dengan kedcerdasan dan kepadaiannya dalam enerima “ilmu” dari Eyang Dalem, Zainal Arif pun seolah-olah menjadi “Eyang Kedua” di kampung Mahmud itu. Akhirnya Eyang Dalem pun menikahkannya kepada salah seorang keturunan beliau dan diangkat sebagai menantu. Kemudian diberi gelar atau dikenal dengan julukuan “Eyang Agung”.

Sayang sekali sampai saat riwayat ini ditulis kami belum mendapatkan data, peran apa yang sebenarnya yang disandang beliau semasa hidupnya. Tetapi dapat dipastikan paling tidak beliau adalah seorang Kiayi dan guru agama yang sangat dihormati oleh pengikutnya serta masyarakat sekitarnya bahkan oleh masyarakat lainnya di Tatar Sunda ketika itu.

Maqam dan Tugu

Setelah wafat, Eyang Dalem Mahmud dikebumikan di bawah sebuah pohon beringin yang rindang, sedangkan Eyang Agung agak sedikit keluar dari kawasan makam utama kurang lebih 15 m ke sebelah utara.
Ada satu monument lagi yang sangat erat hubungannya dengan maqom Mahmud, yaitu adanya sebuah batu “tugu” sekitar 150 m dari makam Eyang Dalem ke arah timur.
Tugu ini dibangun oleh Eyang Mahmud juga berdasarkan wangsit (pentunjuk) yang diterimanya ketika beliau berada di depan Ka’ba. Salah satu petunjuk yang beliau terima ialah, bahwa untuk menandai bahwa kawasan Mahmud sebagai daerah “suci” seperti halnya Mekkah dan Medinah maka hurus diberi tanda. Tanda tersebut kemudian dibangun oleh
Eyang Dalem dari batu yang tingginya kira-kira ½ meter dan diberi nama “Tugu Mahmud”, dengan berbentuk kuncup. Tugu tersebut kini dilestarikan dengan dibangunnya sebuah bangunan yang tertutup dan terkunci, dikelilingi dengan pagar besi yang cukup tinggi dan beratap. Ini dimaksudkan untuk menjaga dari mereka yang berniat jahil, karena sering ada yang mencoba memindahkan tugu tersebut. Ini sering terjadi sebelum dibangun bangunan pelindung tersebut.
Kami pernah menerima suatu cerita dari ayahanda R. Endih Natapradja (alm), pada suatu ketika ada orang-orang yang iseng memindahkan atau mencabut tugu itu dan dilemparkan jauh-jauh dari tempat asalnya. Tapi dengan izin Allah, Tugu itu kembali ke tempat asalnya sebelum orang jahil tersebut sampai di tempat tugu tadi. Kisah ini langsung kami terima dari beliau yang diterimanya dari ayahnya juga yaitu Rd. Mangkurat Natapradja dan pernah dikonfirmasi oleh Bapak Uya (alm) sebagai Kuncen Mahmud saat itu.
Makam Utama di mana dimakamkan Eyang Dalem Mahmud merupakan komplek Utama. Makam ini dibuat dari lempengan batu murni berbentuk seperti batako sekilas menyerupai bahan materi yang dipakai membangun Ka’bah. Kuburan dihiasi oleh dua buah batu nisan yang diletakan di bagian kepala dan kaki yang terbuat dari batu pula. Sehari-hari batu nisan ini ditutupi oleh kain putih. Sekelilingnya penuh dengan lumut (lukut – Sd) sehingga memberi kesan cukup anggun.
Seperti dikemukakan di atas, makam ini berada di bawah sebuah pohon beringin yang cukup rindang. Makam ini berukuran cukup panjang yaitu sekitar 2 meter. Di sekitar bagian kaki ada makam yang lebih kecil, inilah makan istri Eyang Dalem Mahmud.
DI sekitar makam dibangun pelataran yang beratap, berlantai semen diperuntukan bagai penjiarah dapat dengan tenang dan teduh melaksanakan maksudnya ber-”silaturakhmi” di makam Eyang.
Di kawasan utama yang kini dibatasi pagar, terdapat pula makam-makam lainnya, ini adalah para murid, pembantu, keluarga dekat dari Eyang Mahmud. Kawasan utama ini sekarang dipagar besi dan dikunci. Setiap pengunjung boleh berziarah dengan diantar oleh Juru Kunci (Kuncen) Makam yang bertugas.

Dalam berziarah di makam Eyang Mahmud tidak diperkenankan menabur bunga atau mengucurkan air di atas makam.
Sarana yang terdapat di komplek ini juga antara lain tempat WC umum dan tempat berwudlu dan tempat untuk melepaskan lelah, bahkan sering digunakan oleh pengunjung sebagai tempat menginap. Pada bulan Maulud biasanya banyak penziarah yang datang dari daerah yang jauh menginap di kawasan makam ini.
Kira-kira 15 m kesebelah utara, di luar area makam utama terdapat kawasan khusus yaitu makam Eyang Agung (Zainal Arif), yaitu murid utama dan mantu Eyang Dalem yang telah disinggung di atas. Makam Eyang Agung berdampingan dangan makam istrinya, makam inipun dikelilingi oleh pagar besi yang cukup tinggi dan dikunci. Ukuran makam Eyang Agung sama panjangnya dengan Eyang Dalem dan terbuat dari bahan yang sama serta dienuhu oleh lumut hijau yang halus tetapi tidak di bawah pohon beringin.
Di sebelah kaki makam juga terdapat pelataran yang disediakan pagi para penziarah melakukan “silaturakhminya” juga dilindungi oleh atap.

Tata Tertib Mengunjungi Makam & Kampung Mahmud

Sudah tidak bisa dipungkiri bahwa peran Eyang Dalem pada saat itu sebagai tokoh dan Ulama yang sangat dihormati. Tidak saja oleh masyarkat sekitar tepai hamper di seluruh Tatar Sunda.
Ini dibuktikan pada masa kini dengan adanya pengunjung atau penziarah ke makam beliau yang cukup banyak. Hampir setiap harinya ada saja para pengunjung dari berbagai golongan dan tingkatan masyarakat dari berbagai tempat. Apalagi pada saat-saat hari besar Islam, seperti bulan-bulan Mulud dan Rajab, para pengunjung melebihi dari hari-hari biasa.
Pengunjung dan penjarah ada yang datang sendiri atau berombongan, pada umumnya mereka itu hanya ingin berziarah dan menyampaikan silaturakhmi dan Penghormatan (nyekar) serta mohon berkahnya dari Eyang.
Salah satu kondisi bagi penziarah adalah banwa mereka tidak diperkenankan memasuki makam Eyang, yang memang dipagar besi. Hanya boleh duduk di luar pagar saja. Di samping itu kampung Mahmud adalah kampung “tertutup” atau tanah “haram”, artinya hanya boleh dikunjungi oleh mereka yang beragama Islam saja.
Untuk meyakinkan bahwa hal tersebut tetap terjaga, maka hanya ada satu jalan yang memasuki kampung Mahmud, yaitu jalan yang memakai gapura dan berportal. Maka hanya mereka yang betul-betul kenal dengan kuncen saja yang bisa memasuki kampung Mahmud baik berjalan kaki maupun dengan kendaraan.
Kuncen yang sekarang bertugas juga mempunyai otoritas untuk “menyeleksi” pengunjung yang akan berziarah. Biasaya mereka yang diizinkan untuk masuk hanya yang ingin berziarah semata dan tidak bermakusd untuk “meminta” atau “memohon” selain dari pada dengan maksud bersilaturakhmi dan menyampaikan penghormatan belaka. Jika ada permintaan yang “tidak wajar” mereka dengan sendirinya akan ditolak oleh para kuncen. Sedangkan permohonan berkah hanyalah bersifat umum belaka. – Walaupun demikian masih banyak orang yang memounyai niat di luar batasan syariat yang dibenarkan oleh ajaran Rasulullah s.a.w., bagi yang demikian kami serahkan kepada masing-masing mereka yang melakukannya.
Oleh karena itu sepanjang pengetahuan para Kuncen, kampung Mahmud sampai saat ini belum pernah diinjak oleh mereka yang bukan Islam. Bahkan semenjak zaman penjajahan Belanda dan Jepang pun Kampung Mahmud tidak terjamah oleh mereka dan selalu terpelihara “kebersihannya” dari mereka yang bukan Islam.
Oleh karena itu pula sampai saat ini tidak ada “orang asing” yang berusaha untuk membuka usaha di Mahmud, misalnya “non-pribumi” tidak ada yang “berani” membuka perniagaan di sana. Semua perniagaan dipegang oleh “pribumi”, setelah keluar dari kawasan Maumud, maka tampaklah beberapa perusahaan yang dikelola oleh “non-pribumi”.
Tata-tertib kampung selanjutnya adalah tidak diizinkannya untuk menabuh alat-alat musik, seperti gamelan, orkes dan lain sebaginya. Sudah barang tentu pertunjukan wayang golek sekalipun digemari oleh umumnya masyarakat Sunda tidak diperbolehkan digelar di kawasan Kampung Mahmud ini.

Bangunan di Kampung Mahmud

Pada umumnya bentuk bangunan di kampung ini berbentuk panggung, dalam artian mempunyai kolong, berlantai bambu yang dibelah-belah (palupuh – Sd.) atau terbuat dari papan. Dindingnya dari “bilik” bambu (anyaman bambu) dengan atap genting. Semua bentuk bangunan hampir sama (mirip), juga bentuk pintu dan jendelanya hampir sama antara satu dan lainnya.
Salah satu kekhususan pada rumah di kampung Mahmud adalah tidak diperbolehkannya memasang kaca pada jendela. Jadi jendela itu hanya dihalangi oleh ram kawat atau anyaman bambu dan teralis kayu saja. Mungkin ada beberapa yang sekarang menggunakan kaca tetapi itu dikawasan luar Mahmud. Tidak ada rumah mewah, gedung dan bangunan mentereng, semuanya kelihatan sederhana.
Dengan kesederhanaanya maka Kampung Mahmud tetap dalam visi dan misinya semula, yaitu sebagai tempat “persembunyian dan perlindungan” bagi mereka yang memerlukannya. Karena dengan adanya “rumah mewah” maka itu akan menjadi perhatian pihak lain dan fungsi “perlindungan dan persembunyian” akan menjadi pudar. Oleh karenanya kesederhanaan di Kampung Mahmud tetap dipelihara semaksimal mungkin.

Keturunan Eyang Dalem Mahmud

Eyang Dalem Mahmud H. Abdulmanap diperkirakan lahir tahun 1645 dan wafat tahun 1725. Beliau mempunyai seorang Putra bernama Raden Saedi. Terkenal dengan julukan Embah Saedi yang lahir kira-kira tahun 1670 mempunyai Putra bernama Raden Jeneng lahir sekitar tahun 1695. Embah Jeneng mempunyai seorang Putra bernama Raden Jamblang lahir sekitar tahun 1720.
Raden Jamblang mempunyai Putra yang dinamai Raden Brajayudha I atau Brajajudha Sepuh yang lahir sekitar tahun 1745. Mengapa diberi julukan Brajayudha I atau Sepuh, karena kelak beliau mempunyai cucu yang bernama Brajayudha juga, dan untuk membedakan keduanya maka diberi panggilan Sepuh. Sedangkan cucunya kelak diberi julukan Brajayudha II atau Brajayudha Anom. Keduanya sekarang dimakamkan di kawasan Mahmud sebelah selatan, kurang lebih 300 meter dari makam utama.
Rd. Brajayudha I mempunyai putra yang bernama Raden Haji Abdul Jabar yang lahir sekitar tahun 1770. Rd. H. Abdul Jabar adalah seorang ahli yang pernah diminta nasihatnya oleh Bupati saat itu yaitu R.A.A. Wiranatakusumah II yang berkedudukan di Citeureup sebagai ibukota Kabupaten Bandung saat itu.
Nasihat yang beliau berikan pada waktu itu yang berkenan dengan perpindahan Ibukota kabupaten dari Citeureup ke kawasan Bandung sekarang. Kisah ini dicatat dalam sebuah catatan sejarah atau sebuah buku “Panineungan Tuturus “Bandung”.
Dalam buku tersebut beliau disebut Embah Haji Jabar sebagai seorang Ahli Tumbal. Rd. H. Abdul Jabar mempunyai seorang putra yang bernama Raden Brajayudha II atau Brajayudha Anom, lahir sekitar tahun 1795.

Raden Brajayudha Anom mempunyai seorang putra bernama Raden Mangkurat Natapradja (setelah pulang beribadah dari Mekkah beliau mempunyai nama Rd. Haji Abdulmanap – seperti halnya Eyang Dalem Mahmud) jabatan terakhir adalah Lurah Desa Babakan Ciparay (Bandung). R.M. Natapradja mempunyai 4 putra dan 7 putri. Di antara keempat putranya adalah: Rd. Endih Natapradja, R. Suandi Natapradja, R. Sule Natapradja dan R. Duyeh Abdullah Natapradja (Lain ibu- lihat uraian di bawah).

Untuk selanjutnya silahkan lihat silsilah Keturunan Eyang sampai keturunannya di tahun 2003.

Keturunan Eyang Agung Zainal Arif.

Tokoh Zainal Arif dikenal dengan julukan Eyang Agung, yang konon menurut kisah dari Rd. H. Mangkurat Natapradja bahwa beliau datang dari kawasan Priangan Timur dan setelah beberapa lama berkelana tiba di Kampung Mahmud.
Karena memang maksudnya untuk mencari perlindungan, maka Eyang Dalem menerimanya dan kemudian dijadikan murid pertama. Akhirnya ditikahkan dengan Putri keturunan Eyang dan menjadi Mantu serta menjadi tangan kanan Eyang Dalem dalam melangsungkan pelajaran ilmu-ilmu Eyang Dalem Mahmud.
Eyang Agung kemudian mempunyai putra dan diberi nama Embah T’alimudin atau Eyang Pasantren yang kemudian mempunyai 4 orang Putra yaitu:

1. Embah Haji Imam, yang menetap di kmapung Cigondewah
2. Kiayi Haji Zainal Alim, yang menetap di kampung Cikungkurak, desa Babakan Ciparay yang oleh masyarakat dikenal dengan gelar “Ajengan Cikungkurak”.
3. Kiayi Haji Amin, yang menetap di kampung Cigondewah.
4. Kiayi Marjuki, jang terkenal dengan panggilan “Ama Marjuki”. Beliau pun bermukim di kampung Cigondewah di mana memiliki padepokan dan pondok pesantren lengkap dengan mesjidnya. Putra keempat inilah yang ilmunya cukup menonjol dan terus mengajarkan ilmu “tasauf”.

Kiayi Marjuki terkenal dengan panggilan Mama Prebu Cigondewah, mempunyai seorang putri bernama Nyimas Endah yang kemudian dipersunting sebagai istri kedua dari Raden Mangkurat Natapradja (lihat bab di atas tentang keturunan Eyang Dalem Mahmud) dan mempunyai seroang Putra yaitu Raden Duyeh Abdullah Natapradja (ketika buku ini ditulis beliau masih hidup dan tinggal di kampung Jelegong – Soreang). Beliau adalah salah seorang tokoh dan akhli silat ternama di Tatar Sunda. Untuk selanjutnya silahkan lihat silsilah Keturunan Eyang sampai keturunannya di tahun 2003.

Minggu, 28 Februari 2016

PIRAMIDA, MANUSIA DAN BATA

BILAKAH PEMASANGAN BATA SEPERTI INI....
MAKA
SEBERAPA TINGGI MANUSIA YANG MEMASANG BATA PIRAMIDA
---- JANGAN-JANGAN DIBANTU JIN ----
MUNGKINKAH MANUSIANYA ADALAH ....


MUHADTASAH 'ARABIYAH


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله  والصلاة  والسلام على سيد المرسلين  وعلى آله  وصحبه  أجمعين    أمّابعـــــد
المحادثة الأولى
أحمد       :هشام خالد حيّ حيّ على السيارة فعمى سعيد يستعجلنا !
الأولاد     : حيّ حيّ
أحمد       : السلام عليكم يا عمى سعيد
عمى سعيد : وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته مرحبا بك يا أحمد ومرحبا بأصدقائك
الأولاد     : مرحبا بك يا عمى سعيد
عمى سعيد : أه  إلى أين سنذهب يا أحمد ؟
أحمد       : سنزور جدّى فى القرية لنقضي يوما جميلا فى البستان
عمى سعيد : إن شاء الله       فلنبدأ بدعاء ركوب السيارة
كلهم       : الحمد لله الذى سخر لنا هذا وماكناله مقرنين وإنا إلى ربنا لمنقلبون .
سبحان الله  X 3   الحمد لله X 3        الله أكبر X 3
اللهم إنّي ظلمت نفسي فاغفرلى فإنه لايغفر الذنوب إلاّ أنت    هيابنا هيابنا نمضى إلى القرية
النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
                     طلائع فى حمـــــى الله       بناة المجـــــــد والجـــــــاه
نشأنا فى حمــــــى القيم       على الأخـلاق والشيم
نواســـــى مبعــــد الدار       ونرعــى حــرمة الجـــار
وننأى عـــن ذوى العـار     وعن غذر وعن كـذب
فأنصار الهــدى نحـــــن       ولم تكبــــــر لناســــنّ
سيعلينا غــــدا شـــأن         بفضـــل الجـــدّ والدأب
نروض النفـس والصغر       على الأزمـات والخطـر
ونطــــوى إن دعا الأمر      بالصوت اللغو واللعـــب
 Mangga kupingkeun 1
المحادثة الثانية
أحمد           : ها    هو جدّى ينتظرنا هناك
خالد           : ها هو مقبول علينا
هشام          : السلام عليكم يا جدّى
الجــــدّ          : وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته     مرحبا بكم يا أبنائى
أحمد           : أقدّم لك ياجدّى صديقى هشام وصديقى خالد
الجــــدّ          : أهلا بكما فى قريتنا    أهلا بكما... هاه ماذا فعلتم فى امتحانات نهاية العام ؟
أحمد           : الحمد لله كماتعوّظت ياجدّى حصلت على المركز الأوّل
الجــــدّ          : هاه هاه هاه
هشام و خالد  : أمّا نحن فقد حصلنا على المراكز المتقدمة
الجــــدّ          : الحمد لله X 2       هكذا ياأبنائى يجب أن يكون المسلم متفوقا فى كلّ مجالّ نافع فى الحياة فى دراسته وفى عمله. فأنا مثلا يا أبنائى على الرغم من كبر سنّى فإنّى أصحو من نومى مبكّرا وأجتهد فى عملى وأرعى حقلى وبستانى
النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
إنّى رجل أرضى خضـــرة                         فى مزرعتى أطيب ثمــــــرة
تأتى منها ريـــح عـــــطـرة                         أرعى حقلى أحمى شجــــــرة
كي لا تدنو منه حشـــــرة                         أدعــو ربّى يرعــى الثمـــــرة
Mangga kupingkeun 2
المحادثة الثالثة
الجــــدّ      : هيّا هيّا يا أبنائى هيّا لتشاهدوا البستان وتتمتعوا برائجة الورد والريحان     هاه هاه هاه ...
أحمد       : ونلعب ونجري فى البستان ..(الجد: أوه ه ه ).. فالرياضة تقوم الجسم وتنشّط الأذهان
هشام      : وقد حثّنا رسول الله ...عليه الصلاة والسلام ...على ممارسة الرياضة فقال : "المؤمن القويّ خير وأحبّ إلى الله من المؤمن الضعيف"
خالد       : وقال أمير المؤمنين عمر بن الخطّاب  : "علّموا أولادكم السباحة والرماية وركوب الحيّ"
هشام      : ولاننسى أن نجتمع ثمارالفاكهة من خوخ ورمّان      نعــــــم نعــــــم
النشـــــــــــــــيد                              :
هيّابناهيّاهيّا نلعب فـى البستان                 نجرى على حشائش مخضرة الألوان
نستنشف الأزهار من ورد ومن ريحان         ونقطف الأثمار من خـوخ ومن رمّان
نقضى فـــراغ الوقت فى رياضة الأبدان         ثمّ نعـــود بعـــدها للعلــم والعـــــرفان
Mangga kupingkeun 3
المحادثة الرابعة
الأولاد     : ألله        أللهّ
أحمد       : ما أجمل هذا البستان ! فالخضرة تكسو كلّ مكان والزهور رائحتها جميل وزهات الألوان
هشام      : والطيور تترقّى بـحرية بين الأغصان
خالد       : تغرّد وتغنّى أهدب الألحان
الجــــدّ      : هكذا الطيور دائمافى فصل الربيعة فالسماء صافية والشمس صاطعة والأرض الخضراء زاهية
أحمد       : كل هذا يؤدي الطيور بالغناء فرحا واهتيازا بفصل الخضرة والنمى
الجــــدّ      : نعم ياأحمد ولكن هل تعرف متى يبدأ فصل الربيعة ؟
أحمد       : نعــــم       يوم الحادى والعشرين من مار
الجــــدّ      : أحسنت يا أحمد   هاه  وأنت يا خالد هل تعرف متى ينتهى الفصل ؟
خالد       : نعــــم      فى يوم العشرين من يونى
الجــــدّ      : أحسنت   فى أيّ فصول السنة نحن الآن ؟
الأولاد     : فصل الربيعة ..(الجد : هاه هاه هاه هاه)
النشـــــــــــــــــــــــــــيد                     :
                  عند مـا تأتى الربيعــــة        تكثر طيـــــــــر الغناء
السماء تصفـــو ويبدو        كلّ شيئ فى الصــــفاء
والنسيم الحلو يسرى         فى صــــباح ومــــــساء
هــذه الأشجار تكسى         كل أطــوى بالبهــــــاء
هذه الأزهار دوجى          عطرها كلّ الفضــاء
Mangga kupingkeun 4
المحادثة الخامسة
هشام      : أحمد أحمد أين عمّى
أحمد       : إنه هناك بــجوار شجر الورد
الجــــدّ      : إنه يخاطب شجر الورد
خالد       : يبدو أنه مواجه بها
الجــــدّ      : ولماذا ؟   فالورد رائحته طيّبة وجميلة وألوانه زاهية ومتعدّدة       فمنها الأحمر
الأولاد     : والأصفر والأبيض والأزرق والبنفسجي وبرتقالي
الجــــدّ      : ونحن ياأبنائى نزيّن بيوتنا وحدائقنا بالورد كمانصنع منه العطور والروائح الجميلة
أحمد       : الحمد لله الذى خلق لنا الورد      الحمد لله
النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
                   يا شجــــــرة الــــــــورد      لك حـديث عندى
زهــــــورك الحمــــــــراء      غصونك الخضـــراء
جميلــــــــة الألـــــــــوان     فى داخــل البستان
لولا يد البســـــــــــتانيّ      ترعـــــــــاك كلّ آن
ماطاب منك الزهــــــر      أوفاح منك العــطر
كذاك نحن فى الصغـــر       نشبه أزهارالشجــر
لولا يد ترعــــــــــــــــانا     فياضــــــــــــة حنّانا
لمــــــــانبتنا زهـــــــــرا       ولانبتنا ثمـــــــــــــــرا
Mangga kupingkeun 5
المحادثة السادسة
أحمد       : إنّ الطيور تغرّد بأصوات جميلة فى جنبات البستان
هشام      : وتتحرّك بسهولة ويسر من شجرة إلى أخرى
خالد       : وبعضهايطير فى السماء إلى أمكنة عَالِيّة
الجــــدّ      : نعــــم نعــــم ياأبنائى فأقسام الطيور مكسوّة بريش قويّ ومزوّدة بأجنحة والذيول    كل هذا يساعد الجسم على الطيران
خالد       : والطيور لديها حاسة البصر قوية
هشام      :إلاّ أنّ حاسة السمع لديها ضعيفة
خالد       : إذن فليس للطيور اذان مثل اذاننا
أحمد       : نعــــم.      هاي تسمع أبرفتحات تحت ريش فقوّّع العين
هشام      : ومن الطريف أنّ الطيور تأكل طعاما أكثر ممّا يأكل الإنسان
خالد       : بعض الطيور يأكل أضعاف الوزن
هشام      : فمنها ما يأكل الحبّ (أحمد  :ومنها ما يقطعت السمكة الصغيرة من البحار والأنهار
خالد       : أمّاالطيور الجارحة فتأكل اللحوم
الجــــدّ      : أهـ والطيور تحرس على النظافة قتكون بتنظيف ريشها عدة مرّة فى اليوم
أحمد       : ومن الطيور مااتخذه الإنسان ردّا للسلام
هشام و خالد: الحمام


النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
                   ساكن الأغصان غرّد         وامــــــلئ الدنيا غــــــناء
والتقط حــبّالـــــذيذا         والتوى مـــــا شئت مــــا
أنت نومـــــــا لاتبالى        بالمشقــــــــة والعــــــــناء
تلو حـــلق ياصــديقى         وسّـــــــع الله الفضــــــاء
حــــــين واح الأرض        ترقى كل ما نلت الغداء
تلو أدّن عشّي حــالا         ســـالمــــا مـــــــن كل داء
المحادثة السابعة
أحمد       : هشام خالد أنظرا أنظرا إلى هناك إنه طائر صغير مع أمه
هشام      : والأم تطير طيرا فى السماء وتطيرّ طائراصغيرا
أحمد       : ياألله لقد طارت الأمّ بعيدا وتركت  صغيرا
هشام      : إنه يمشى عنده من فرخ  ويجتار بين الأغصان القريب
خالد       : الأمّ طارت مرة أخرى وفى فمّها عواد من القشّ
أحمد       : وقد وضعتها فى مجموعة أخرى من أعواد القشّ
هشام      : هي تسمع صوتا من صغيرها
الجــــدّ      : إنها الرحمة التى استودعها الله قلوب الأمهات
أحمد       : وهي جسم صغير برحمة الله واسعة
الجــــدّ      : يقول رسول الله  ...عليه الصلاة والسلام ... جعل الله الرحمة فى مائة جزء وأمسك عنده تسعة وتسعين جزءا وأنزل فى الأرض جزء واحد فمن ذلك الجزء يتراحم الخلق حتّى ترقع الفرس وحافرها عن ولدها خشية أنفسهما
الأولاد     : صدق رسول الله
النشـــــــــــيد :
الطائر الصغير  مسكنه فى العش             وأمه تطير           تأتى له فى القشّ
ياطائرا ماأجملك ياجهرة فى الشجر            تخاله الطيور         أذا بدا فى الفرش
أنت على الغصن مالك مكلّل بالزهر         كأنه أمير            يجلس فوق العرش
صرفى حواء حمالك وتطير بغير حذر         لولا جهاد الأمّ لك   ياطائر ينتطير
المحادثة الثامنة
الجــــدّ      : هيّا هيّا ياأبنائى هيّا إلى البيت
أحمد       : يا عمّى سعيد X 2...(عمّى سعيد        : نعم يا أحمد)
الأولاد     : هيّابنا هيّابنانمضى إلى بيت جدّنا...(الجد : هاه هاه هاه هاه)
أحمد       : سأجلس بجوارك يا عمّى سعي
            ماهذا X 2 الذى يعمّ فى النهر ياجدّنا ...(هشام : إنه ويز )
الجد       : هاه هاه    إسمه الوزّ وليس الويز. وهو طائر كماترون ياأبنائى رقبته طويلة
هشام      : ويحطّ الريش ومعظّم الجسم
أحمد       : وبعض الوز لون ريشه ابيض وبعضه لون ريشه رمدي
خالد       : وها يعيش الوز فى الماء فقط ؟
الجــــدّ      : هاه هاه    لا ياخالد لا...إنه يفضّل ان يفضين حاره فى الماء وفى المساء يغادر الماء ليبيت فى حضيرته
خالد       : نريد المزيد من المعلومات عن الويز ياجدّنا !
الجد       : لاتقل الويز إنّه الوزّ        تعرفون ياأبنائى أنّ الوز يبيض ولايلد ويتميّز بشهولة التربيّة وقلّة التكاليف كما أنّ بعض الناس يستخدم الوز فى الحراسة
أحمد       : لأنّه يدرى أصواتا عالية عندما يقترب منه أحــد...( الجد:  أحسنت يا أحمد !)
النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
                   رأيت الوزّ فى النهر           جماعات به تجرى
وفوق الماء قد عمّت          كأوم السفن فى البحـر
ومدّا والزعاناء                قد توالا أفرح  صدرى
وأخفى ارجو أن كانت       تزيد الأوم فى النهر
وغاب الوز عن عينى        ولكن عادان البرّ
وعند شفته قد غنّى         بصوت فى الحواء يسرى
المحادثة التاسعة
أحمد       : إنّى أسمع صوت الديك الرومي
هشام      : أين هو أين هو ؟
الجــــدّ      : هيّا هيّا لنشاهد الديك الرومي فى حضيرته ...(الأولاد :   هيّا هيّا)
هشام      : إنّه ديك ضخك إنّ لونه أسود
الجــــدّ      : وهناك الديوك الرومية لونوها رمدي وأخرى لونها برونزيّ وأخرى لونها أحمر
خالد       : هل يستطيع الديك الرومي الطيران ؟
الجــــدّ      : لا لا ياخالد! لأن وزنه ثقيل
هشام      : إنّ الديك بدأ فى نفسه ريش
الجــــدّ      : لقداشتهر الديك الرومي بأنه طعام الملوك
أحمد       : لماذا ياجدنا ؟
الجــــدّ      : لأن طعامه لذيذويحتوى لحمه على نسبة عالية من البروتين وكمية قليلة من الذهون
أحمد       : ومن الطريف أنّ الإنكليز يطلق عليه الديك التوركى
الجــــدّ      : هاه هاه...هذا صحيح ياأحمد ! فقد عرّفه الإنكليز لأوّل مرّة على يد التجّار الأطراك
أحمد       : جدّى أين ذهب الديك ؟
الجــــدّ      : إنطلق ياأحمد      ألا تعرف أنّ الديك الرومي يحبّ لإستطلاع واللتجوّل للمسافات الطويلة ؟
النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
                   هذا زيف أناأهواه           ماأجمله ماأدهاه
فى مشيته ماأحلاه           وله صوت لاأخشاه
وبه ريش ماأعلاه            قد ينشره عند
لايعضضنى إذ ألقاه           ربّ احفظه رب ارعأه ماأحلاه
المحادثة العاشرة
أحمد       :ها نحن قد شاهدنا الوزّ والديك الرومي ونريد أن نشاهدالأرنب ياجدّى
الجــــدّ      : إذن هيّاإلى حضيرة الأرانب ...(الأولاد :  هيّا هيّا)
أحمد       :إنهاأرانب كثيرة وألوانها جميلة
الأولاد     : فهذا أرنب أبيض  وهذا أرنب أسود       وهذا أرنب بورني      وهذا أرنب رودي
الأولاد     : والأرنب شعرها حياغ     وزيها قصيّ     واذناهاكبيرتان
الأولاد     : أنهاتأكل البرشين والرض وتطيب حب والحشاش والجسدللسلامة فى القضباء
هشام      : جذّي جذّي أريد أن أرى بيض الأرانب !
الجــــدّ      : هاه هاه ..إنّ الأرنب لاتبيض ياهشام      بل تلد وترضع صغارها
هشام      : وبم يتميّز لحم الأرانب ؟
الجــــدّ      : لحم الأرانب سخن الخضم ويحتوى على نسبة عالية من البروتين وكمية قليلة من الدهول
النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
                   فى هذه الحضيرة             أرانب كثيرة
أليفة وديعة                  رشيقة سريعة
حراؤها ناعمة                ألوانها منوّعة
ووقفها سريّة                 وشطلها بدية
آذانها طويلة                  أقدامها قصيرة
سريعة نشيطة               فى الصبح والظهيرة
المحادثة الحادية عشر
أحمد       : جدّى هل تويت هناقطط ؟
الجــــدّ      : نعم ياأحمد نعم     فالقطط من الحيوانات الأليفة التى يربّيها الناس فى بيوتهم
خالد       : وأناأيضا عندى قطّة  صفراء السقف وخضراء العينين
هشام      : ولكن نحنون القطط تحترك عن أعيوننا...وألوانها جميل
الجــــدّ      :والقطط ياأبنائى من الحيوانات النظيفة فهي تنظّف نفسهاباستمرار تلعق يدهاوترتبها ثمّ تمسح بها أذنيها وشاربها
الأولاد     : والقطة تسلّف الشجر بسهولة وتحبّ اللعب والجري والقطط الصغيرة تقلّع الكبيرة فى اللعب والجري والسعي
الجــــدّ      : هاه هاه ..وللقطط ياأبنائى فوائد كثيرة فهي تأكل الفئران وتخلّنا من شرورها
هشام      : ولكن القطط تخاف الكلاب....(خالد      :       والقطة تسمّى الهرّة )
الجــــدّ      : نعم ياخالد وقد كانت لصحابيّ جليل عبد الرحمن إبن السخر هرّة صغيرة يستصحبهافى كلّ مكان ولذالك أطلق عليه أبو هريرة
النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
                   عندى قطّة مثل الزهرة      فى عينيها لون الخضرة
تجرى نحوى ترجو نظره      تأتى ليلا وسط الحجرة
تبغى نوما حتى بكرة         إن أطردها يوما مرّة
تهدى صوتا هذى النظرة    ترجو أحوى هذى المرة
الأولاد         : جزاكم الله خيرا ياجدّنا...( الجــــدّ       :       وجزاكم ياأبنائى
الأولاد         : لقد قضينايوماجميلا فى صحبتك وهاهي الشمس قدغابت وقد حانكته الراحق
هشام و خالد  : هيّا هيّا ياعمّى سعيد...( عمّى سعيد : هيّا هيّابنا)
الأولاد         : نستتيركم الله ياجدّنا...( الجــــدّ :       فى رعاية الله ياأبنائى )
المحادثة الثانية عشر
هشام      : أنظر ياخالد أنظر ياأحمد أنظرا ماأروح القمر وهو يتوسط السماء
أحمد       : لقدعمّرت الليل بالضياء
خالد       : سبحان الله  على الرغم من أن القمر لاينير بذاته
هشام      : حقّا فهو يحك ضوء الشمس نحو الأرض
خالد       : والقمر يدور دورة كامرة حول الأرض كل تسعة وعشرين يوما ونصف اليوم مكوّناالشهر القمريّ
هشام      : ويسمّى أيضا الشهرالهجرى.... او العربيّ
أحمد       : ولكن لا يوجد أن ينوّن من الحياة على سطح القمر
هشام      : نعم لأنه خال من الحواء والماء
خالد       : ويطلع من يوم الحادى والعشرين من يونى على تسعة وستين وتسع مائة والف يوما مهمافى ذالف  البشريّ
هشام      : فصيح وطوّع أوّل الإنسان قدما على سطح القمر
النشـــــــــــــــــــــــــــيد :
                   قمـــــــــرالسمــــــــاء   ياكوكب المســاء      ومـــــــرســــل الديار
يامــــــرسل الضـياء   ححالق الضـمّاء     أشرق على الفضـاء
تشرق على الفضـاء    بنورك القبضــــاء     ياقمـــــــــرالسمـــــاء

مثلك فى الشـــخاء    محـــــــــبّة الأباء     فى أنفــــــس الأبناء